Entah yang keberapa kali naik si Komodo Merah nih. Tapi yang jelas Trip Report Whoosh G1044 ini ada di antara dua sisi. Pertama, pengen nostalgia KA Argo Parahyangan 27 tahun 2015-2019. Kedua, perjalanan di tengah wacana fantasi kereta kilat Pajajaran.
Pendahuluan
Habis Hutang Whoosh sekarang muncul lagi wacana baru yang masih terkait dengan Kereta Cepat pertama di Asia Tenggara ini. Ini memang bukan lagi menyinggung soal hutang dan semisalnya. Karena soal itu udah mau diberesin sama Pemerintah dan Danantara.
Wacana baru yang dimaksud adalah Kereta Kilat Pajajaran. Sebuah gagasan dari Kepala Daerah Jawa Barat saat ini. Namun seribu maaf, wacana itu nggak realistis dan cenderung khayalan tingkat tinggi.
Kenapa? Beliau maunya manfaatin jalur eksisting warisan Staats Spoorwegen (SS) yang sekarang dilewati Kereta Api Parahyangan. Jelas berat banget buat realisasikan itu. Dulu Argo Parahyangan Excellent aja yang Direct Train Gambir ke Bandung mentok di 2 jam 30 menit. Nah ini mau 1,5 jam pake jalur eksisting?
Disinilah kita melihat gagasan itu nggak realistis bahkan cenderung fantasi. Buat apa secara udah ada Whoosh juga yang bisa 30-50 menit. Kecepatan maksimum 350 kpj dengan lintasan standard gaunge 1.435 mm, minim tikungan tajam, dan dedicated. Nah ini Kilat Pajajaran pake narrow gaunge 1.067 mm?
Flashback KA Argo Parahyangan 27 (2015-2019)
Sebelum Argo Parahytangan Excellent, pernah ada KA Argo Parahyangan 27 di Gapeka 2014 sekitar tahun 2015 sampai 2019. Kereta ini nggak seperti Argo Parahyangan lainnya. Dari Bandung langsung bablas ke Bekasi. Stasiun Cimahi pun di skip.
Kalo nggak salah kereta itu berangkat jam 16:15 WIB dan tiba di Bekasi kurang lebih jam 18:55 WIB. Berarti nggak nyampe 3 jam, dan baru segitu kalo ke Jatinegara dan Stasiun Gambir Jakarta. Ini udah paling cepat ya diantara perka Argo Parahyangan lainnya waktu itu.
Nggak hanya itu, sampai dengan 2016, KA 27 merupakan campuran eksekutif dan bisnis. Bahkan yang full eksekutif pun waktu itu masih berhenti di Stasiun Cimahi. Keperkasaan KA 27 baru runtuh setelah Argo Parahyangan Excellent hadir yang menawarkan Direct Train Gambir ke Bandung.
Meski sebenarnya juga udah mulai terusik ketika Kereta Api Pangandaran beroperasi di awal tahun 2019. Waktu itu Kereta Api Pangandaran juga direct train dari Gambir ke Bandung.
Trip Report Whoosh G1044 : Serupa Tapi Nggak Sama (Tanpa Video)
Tanggal 2 Desember 2025, kita akan mencoba nostalgia ke KA Argo Parahyangan 27. Tapi kali ini naik Kereta Cepat Whoosh. Selain nostalgia, perjalanan kali ini juga ditengah fantasi Kereta Kilat Pajajaran. Apakah saman perjalanan naik G1044 ini dengan KA 27? Oh iya, kali ini tanpa video ya.
Seperti Biasa Feeder KCIC Dulu ke Stasiun Padalarang
Trip Report Whoosh G1044 ini dijadwalkan berangkat dari Stasiun Padalarang jam 16:23 WIB. Kurang lebih hampir sama dengan KA 27 dulu yang berangkat dari Stasiun Bandung jam 16.15 WIB. Nah seperti biasa, kalo mau naik Whoosh mesti Naik Feeder KCIC dulu ke Stasiun Padalarang di jam 15:46 WIB.
Durasi perjalanan Feeder KCIC sekitar 19 menit. Kereta ini transit di Stasiun Cimahi dan berangkat dari sana jam 15:57. Nah sampe di sini beda ya sama KA 27, karena KA 27 dulu kan bablas Cimahi.
Tanpa terasa Feeder pun tiba di Stasiun Padalarang jam 16:04. Selanjutnya baru deh transfer ke CRH400AF naik eskalator dulu ke lantai atas.
Trip Report Whoosh G1044 : Berangkat Jam 16:23 WIB (On Time)
Nggak banyak waktu di Stasiun Padalarang. Dari bawah ke atas butuh waktu. Jadi langsung masuk ke ruang tunggu. Terus nge-tap seperti biasa dan masuk ke peron, lalu menyeberang ke Peron 2 arah Stasiun Halim Jakarta.
Penumpang yang naik G1044 ternyata banyak. Seperti biasa di peron, Petugas KCIC mengatur dan memastikan agar penumpang tetap di garis aman. Biasalah banyak yang suka ambil foto “si Komodo” meski udah berulang kali naik.
Akhirnya kereta yang ditunggu pun tiba. Penumpang masuk ke masing-masing kereta dengan tertib. Selang 3 menit, kereta berangkat dari Stasiun Padalarang tepat di jam 16:23 WIB. Trip Report Whoosh G1044 pun mulai.

Trip Report Whoosh G1044 : Udah di Purwakarta Aja
Saking cepatnya, nggak kerasa kita udah masuk Terowongan Kereta Terpanjang di Indonesia. Manalagi kalo bukan Tunnel No.16 alias Terowongan Cikalong Wetan. Setelah itu nyeberang Jembatan Cisomang Gen-4. Nggak kerasa kita udah di Purwakarta aja dan itu nggak nyampe 20 menit.
Kecepatan Nyaris Sempurna dan Bablas Karawang
Dalam Trip Report Whoosh G1044 ini, kereta melaju nyaris sempurna di 348 kpj. Kurang 2 kpj lagi masuk Top Speed. Udah itu, G1044 juga bablas Stasiun Karawang. Wah nggak lama lagi nyampe di Halim nih.

Tiba di Stasiun Halim dan Masih Terang
Setelah menempuh perjalanan selama 30 menit dari Stasiun Padalarang, tambah 20 menit dari Bandung ke Padalarang naik Feeder, Kereta Cepat Whoosh tiba di Stasiun Halim. Kondisi ketika nyampe itu masih terang. Sementara waktu naik KA 27 dulu itu di Purwakarta aja udah batas akhir senja.
Di sini keliatan banget ya bedanya. Dengan jam keberangkatan yang hampir sama, Whoosh lebih cepat dari KA Argo Parahyangan 27. Padahal itu aja estafet Feeder yang masih berhenti di Cimahi. Mungkin kalo mau beneran ngerasain berangkat dari Tegalluar kali ya?
Sementara KA 27 dari Bandung langsung bablas dan baru berhenti Bekasi. Nggak pake estafet pula. Tapi kok bisa lebih lama? Jelas karena KA 27 kan kereta biasa ditarik lokomotif. Jalurnya peninggalan Staats Spoorwegen (SS) yang banyak kelokan tajam. Sedangkan Whoosh jalurnya cenderung landai.

Fix, Kereta Kilat Pajajaran itu Fantasi Nggak Penting
Dari Trip Report Whoosh G1044 ini udah bisa disimpulkan bahwa Kereta Kilat Pajajaran itu Fantasi Nggak Penting. Dibangingin Argo Parahyangan Excellent aja masih jauh lebih cepat Whoosh. Begitu juga KA 27 tahun 2015-2019. Padahal naik Whoosh udah estafet dulu naik Feeder. Tapi nyampenya lebih cepat.
So, Kereta Kilat Pajajaran udah diakomodasi oleh Whoosh. Buat apa ngoyo maksain pake jalur eksisting warisan kolonial untuk mempercepat waktu tempuh ke 1,5 jam? Belum lagi jalur eksisting padat lalu lintas kereta. Di sisi jakarta nya bersinggungan sama dua lintas KRL padat, Bogor/Nambo dan Cikarang Line.


Leave a Reply