Akhirnya Stasiun Utama di Semarang itu Tersambung (Pantura)

Akhirnya Stasiun Utama di Semarang Tersambung Juga

Tahun 1941 dua stasiun utama di Semarang akhirnya tersambung. Dengan demikian juga Jalur Kereta Pantura dari Batavia hingga Surabaya. Namun layanan kereta langsung penghubung kedua kota baru terealisasi pada tahun 1950 dalam wujud Ekspres Siang.

Pendahuluan

Seperti kita telah ketahui bahwa Kota Semarang memiliki dua stasiun utama. Namun uniknya kedua stasiun itu jaraknya berdekatan. Pertama adalah Stasiun Semarang Poncol yang banyak melayani KA Jarak Jauh kelas ekonomi, Aglomerasi, dan Komuter. Dimana satu-satunya komuter adalah KA Kedungsepur.

Stasiun kedua ialah Semarang Tawang Bank Jateng. Inilah gerbang masuk utama Kota Semarang. Posisnya sangat strategis secara bagian dari Kawasan Kota Lama yang sangat prestise sejak era Kolonial. Lebih dari itu stasiun ini telah menjadi pusat integrasi antarmoda atau Transit Oriented Development (TOD).

Sebetulnya bila flashback ke sejarahnya, Stasiun Semarang Poncol dan Semarang Tawang Bank Jateng itu asalnya terpisah. Lantaran beda operator. Masing-masing adalah terminus. Namun di 1941 keduanya tersambung jalur rel kereta. Meski belum ada perjalanan kereta langsung dari Batavia ke Surabaya.

Stasiun Utama di Semarang : Tiga Operator Berbeda

Kota Semarang ini terbilang unik. Khususnya dari sisi perkeretaapiannya. Di kota ini punya tiga stasiun terminus yang merupakan milik operator berbeda. Secara berurutan berdasarkan tahun operasional : Semarang Jurnatan milik SJSM (1881), kemudian Semarang Poncol SCSM (1914), dan Semarang Tawang NISM (1914).

Nama terakhir disebut sebenarnya merupakan pengganti dari Stasiun Samarang NISM yang telah ada sejak 1867. Dengan Jalur KA Semarang Solo dan Jalur Kereta Pantura Timur yang telah terbangun sebelumnya.

1Stasiun Semarang Jurnatan SJSM semula dimanfaatkan oleh SCSM sebagai terminus. Sampai di tahun 1914 memiliki stasiun terminus sendiri yang bernama Semarang Poncol. Adapun SJSM sendiri merupakan operator kereta tram di Semarang dan sekitarnya. Jaringannya sendiri cukup luas sampai ke wilayah Demak, Kudus, Rembang, Purwodadi, hingga Blora.

Baik SJSM maupun SCSM menggunakan lebar spoor 1.067 mm. Inilah kenapa SCSM memanfaatkan Stasiun Jurnatan sebagai terminus sampai 1914.

Sedangkan Semarang Tawang milik NISM ketika beroperasi pertama kali dengan lebar spoor 1.435 mm. Sama dengan pendahulunya. Layanan spoor 1.067 mm baru terwujud tahun 1924 melalui shortcut Jalur Kereta Pantura Timur via Stasiun Ngrombo.

Stasiun Utama di Semarang : SCSM Nggak Lagi Numpang

Jalur Kereta Pantura Barat yang menghubungkan Cirebon dan Semarang dibangun pada periode 1897-1914. Termasuk bagian dari lintas tersebut adalah milik Java Spoorweg Maatschappij (JSM) daerah Stasiun Tegal dan sekitarnya yang diakuisisi tahun 1897.

Awalnya terminus jalur ini menumpang Stasiun Jurnatan. Dengan menggunakan jalur trem untuk mencapai stasiun tersebut. Baru pada tahun 1914, SCSM memiliki terminus sendiri yakni Stasiun Semarang Poncol. Sejak itu nggak lagi menumpang di Jurnatan milik SJSM.

Stasiun Semarang Poncol Terminus Pantura Barat

Stasiun Utama di Semarang : Pengganti Stasiun Pertama di Indonesia

NISM sebetulnya udah punya stasiun terminus yakni Samarang NISM. Stasiun ini merupakan yang pertama di Indonesia. Telah beroperasi sejak 1867 dan menjadi terminus Jalur KA Semarang Solo yang terhubung dengan Lintas Kereta Api Mataram (Vortenslanden), Stasiun Ambarawa via Kedungjati, dan Jalur Kereta Pantura Timur via Gundih. Dengan lebar spoor 1.435 mm.

Namun karena Samarang NISM kerap kali kebanjiran air rob dan kurang strategis, NISM membangun dan mengoperasikan Stasiun Semarang Tawang pada 1914 sebagai pengganti.

Kemudian pada 1924 shortcut Jalur Kereta Pantura Timur via Stasiun Ngrombo dengan lebar spoor 1.067 mm mulai beroperasi. Stasiun ini pun tersambung langsung dengan Stasiun Surabaya Pasar Turi.

Stasiun Semarang Tawang Terminus Pantura Timur dan Lintas NISM

Berhasil Tersambung Setahun Sebelum Kedatangan Jepang (Tanpa Kereta Ekspres)

Stasiun Semarang Poncol milik SCSM dan Tawang milik NISM terpisah oleh Kali Semarang. Beda operator juga yang memisahkan dua sisi Jalur Kereta Pantura. Tibalah saatnya dua stasiun utama di Semarang itu beserta Jalur Kereta Pantura tersambung pada tahun 1941. Adalah SCSM yang berhasil mewujudkan hal itu.

Sayang meski telah tersambung, Jalur Kereta Pantura belum sempat punya layanan kereta ekspres langsung antara Batavia dan Surabaya. Sebagaimana Eendaagsche Express di Jalur Selatan milik SS. Walaupun SS juga punya segmen Jalur Kereta Pantura antara Cikampek dan Cirebon. Namun itu sulit terwujud.

Lantaran ada undang-undang yang mengatur bahwa Jalur Kereta Pantura khususnya Cirebon Semarang untuk layanan Tram. Terlepas dari SS, SCSM, SJSM, dan NISM sulit untuk bekerjasama satu sama lain. Bahkan sampai kedatangan Jepang setahun kemudian, hal ini masih belum terwujud.

Tersambungnya Dua Stasiun Utama di Semarang pun tanpa adanya layanan seperti Eendaagsche Express. Lagi-lagi gegara beda operator dan benturan regulasi.

Dua Stasiun Utama di Semarang dan Lintas Pantura Nyambung Tahun 1941

Ekspres Siang Mulai Tahun 1950 (Pasca Perang Kemerdekaan)

Tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia telah menyatakan kemerdekaan. Namun bukan berarti masalah selesai sampai disitu. Kerajaan Belanda nampak masih berambisi menguasai kembali Nusantara pasca kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik. Hal itu menimbulkan gejolak seperti Perang Kemerdekan hingga perjuangan untuk pengakuan kedaulatan melalui jalur diplomas selama 5 tahun.

Barulah di akhir 1949 semua persoalan kedaulatan terselesaikan lewat Konferensi Meja Bundar (KMB). Dengan Kerajaan Belanda mengakui kedaulatan Indonesia. Namun perang panjang ternyata ikut berdampak pada perkeretaapian Indonesia. Jalur selatan lumpuh setelah Jembatan Sungai Progo sengaja dirusak oleh para pejuang demi menghalangi masuknya tentara Belanda dari arah Barat.

Sehingga konektivitas antara Jakarta dan Surabaya mustahil bisa melalui lintas selatan. Tahun 1950 Djawatan Kereta Api (DKA)2 mulai membangun kembali konektivitas langsung itu. Hendak mengopersikan kereta seperti Eendaagsche Express. Namun lewat Jalur Kereta Pantura.

Nah di tahun itu DKA berhasil mengoperaskan Kereta Ekspres Siang3 dengan rute dari Stasiun Gambir Jakarta menuju Stasiun Surabaya Pasar Turi. Walaupun disebut ala Eendaagsche Express, namun dari sisi kecepatan nggak secepat kereta legendaris itu. Inilah kereta pertama yang langsung melayani Jakarta Surabaya via Jalur Kereta Pantura dan Dua Stasiun Utama di Semarang.

Kesimpulan

Dua stasiun utama di Semarang asalnya terpisah karena statusnya sebagai terminus masing-masing operator. Stasiun Semarang Poncol milik SCSM adalah terminus Jalur Kereta Pantura Barat. Sedangkan Stasiun Semarang Tawang nya NISM untuk Jalur Kereta Pantura Timur dan Jalur KA Semarang Solo.

Keduanya baru bisa tersambung tahun 1941. Sayang meskipun begitu belum ada layanan seperti Eendaagsche Express4. Baru bisa terwujud pada tahun 1950 lewati Kereta Ekspres Siang.

Nasib Miris Stasiun Jurnatan

Dua Stasiun Utama di Semarang berhasil tersambung di tahun 1941. Pasca kemerdekaan menjadi gerbang masuk Kota Semarang dan punya peran penting. Lantas gimana dengan stasiun ketiga yakni Jurnatan?

Nasib Jurnatan boleh dibilang miris. Pertama tahun 1914 SCSM nggak lagi pake stasiun ini sebagai terminus dan pindah ke Stasiun Semarang Poncol. Kemudian Jalur Tram Semarang juga mulai berhenti beroperasi sejak akhir tahun 1945.

Sampai akhirnya PNKA menutup stasiun Jurnatan pada tahun 1974. Udah itu bangunan dan emplasemen masih dipakai untuk Terminal Bus sampai tahun 1986. Nah setelahnya berubah menjadi deretan bangunan ruko. Agak sulit menemukan bekas stasiun yang berdiri pada tahun 1881 ini.


  1. SJSM singkatan dari Semarang Joana Stroomtram Maatschappij. Khusus mengoperasikan kereta ringan atau tram di lintasan 1.067 mm. Sepanjang periode 1881-1919, SJSM banyak mengembangkan jalur kereta api ringan di wilayah Kedungsepur sampai dengan Kabupaten Blora dan Bojonegoro. Selain itu juga mengoperasikan Tram di dalam kota Semarang. ↩︎
  2. Pada masa Perang Kemerdekaan (1945-1949), DKARI (Djawatan Kereta Api Republik Indonesia) adalah operator di wilayah Republik. Sedangkan di daerah pendudukan Belanda operatornya SS/VS (Staats Spoorwegen/Verenigd Spoorwegbedrijf). Setelah Kerajaan Belanda mengakui kedaulatan Indonesia di KMB, DKARI dan SS/VS bergabung ke DKA (Djawatan Kereta Api). ↩︎
  3. KA Ekspres Siang ini adalah cikal bakalnya Ekspres Gaya Baru (EGB) yang kemudian bertransformasi menjadi KA Gaya Baru Malam Selatan dan Utara. Untuk pembahasan lengkapnya langsung aja ke sini: Sejarah KA Gaya Baru Ada Dari Bandung? ↩︎
  4. Tentang Eendagsche Express juga telah dibahas detail. Masih berkaitan dengan Sejarah KA Gaya Baru. Ini pembahasannya Eendaagsche Express Mbahnya KA Gaya Baru Malam Selatan. Secara bahasa Eendaagsche artinya siang, karena itu Eendaagsche Express itu Ekspres Siang yang beroperasi siang hari. ↩︎

Comments

Leave a Reply